Sunday, May 20, 2007

Soal Ujian Editorial dan Penyuntingan Berita

Soal Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah: Editorial dan Penyuntingan Berita
Dosen: Ikhwanudin SSos
Tanggal akhir pengumpulan: 30 Mei 2007 pukul 10.00 WIB
Sistem: open book/take home
Pengumpulan tugas dalam dua bentuk: (1) soft copy; dikirimkan ke email: ikhwanudin@gmail.com, iwanudin@yahoo.com dan iwa@jawapos.co.id (2) hardcopy, tugas dikumpulkan di TU Jurusan Komunikasi
format email;
subject: JAWABAN UJIAN 2007
from: [nomor mahasiswa] [nama mahasiswa]
to: ikhwanudin@gmail.com, iwanudin@yahoo.com, iwa@jawapos.co.id

Berikut ini ada tiga berita yang dibuat oleh wartawan yang memiliki satu topik, yakni gelombang pasang di pantai Selatan. Silakan ketiga berita tersebut digabung menjadi satu sehingga bisa menjelaskan kepada pembaca bahwa dalam satu berita tersebut disupply tiga berita dari wartawan, silakan anda melakukan koreksi terhadap tiga berita ini.

2 Rumah dan 11 Perahu Rusak
*Gelombang Pasang Lenyapkan 46 Jala
GUNUNGKIDUL- Gelombang pasang yang puncaknya terjadi pada Jumat pagi kemarin benar-benar memporakporandakan Pantai Selatan Gunungkidul. Akibat gelombang yang tingginya mencapai 3 meter lebih ini, tercatat dua rumah warga, 11 perahu, 49 warung non permanen rusak dan 46 jala milik nelayan hilang.
Komandan SAR Pantai Selatan Gunungkidul, Lasono, kepada wartawan koran ini menjelaskan, gelombang pasang tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak Kamis (17/5) pagi kemarin. Namun gelombang tersebut semakin besar dan mencapai puncaknya pada Jumat pagi sekitar pukul 05.00 hingga pukul 10.00 kemarin.
“Gelombang pasang ini puncaknya sekitar pukul 08.00 dan mencapai ketinggian lebih dari 3 meter. Akibatnya, perahu nelayan, warung non permanen tersapu ombak dan mengalami kerusakan. Bahkan ombak ini sampai menjangkau Posko SAR di Pantai Baron,” kata Lasono.
Beruntung, karena bertepatan dengan Malam Jumat Kliwon, hampir seluruh nelayan di sepanjang Pantai Selatan Gunungkidul tidak ada yang melaut. Sehingga adanya gelombang pasang ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
“Nelayan kita memang memiliki kepercayaan untuk tidak melaut setiap malam Jumat Kliwon. Untuk itu mereka memilih menyandarkan kapalnya jauh didaratan. Namun karena gelombang yang terjadi cukup besar, maka perahu-perahu tersebut tetap saja tersapu ombak,” imbuh Ngatno mantan Komandan SAR yang kini tetap aktif di corp rescue ini.
Kepala Kantor Kesbanglinmas Gunungkidul, Budi Hardjo, SH ketika dikonfirmasi Radar Jogja terkait dengan adanya gelombang pasang ini menjelakan, kalau pihaknya akan segera mengambil langkah-langkah strategis.
“Pendataan sedang kita lakukan terutama terkait dengan kerugian yang dialami nelayan,” kata Budi Hardjo, SH.
Menurut taksiran sementara, perahu yang rusak berat membutuhkan biaya antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta, sedangkan untuk yang rusak biaya yang dibutuhkan berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu. Kerugian terbesar menurut Budi justru pada hilangnya 46 jala milik nelayan yang harga per unitnya lebih dari Rp 250 ribu.
“Secara rinci kita belum bisa mengkalkulasi seluruh kerugian dari gelombang pasang ini, sebab hingga pukul 18.00 hari ini (Jumat, red) kita masih menunggu laporan dari Sadeng yang belum juga masuk. Namun demikian kerugian yang dialami saya kira diatas Rp 50 juta,” kata Budi Hardjo.
Sementara itu sumber Radar Jogja juga menyebutkan bahwa gelombang pasang kemarin juga mengakibatkan dua rumah milik Paing dan Sardi yang ada di Pantai Drini mengalami kerusakan. “Dua rumah tersebut memang bukan rumah permanen. Tetapi hingga saat ini kedua rumah tersebut memang difungsikan sebagai rumah tinggal dan akhirnya rusak akibat gelombang tersebut,” kata Komandan Sar Lasono.
Sedangkan hingga berita ini diturunkan, kondisi ombak dipantai selatan masih fluktuatif dan tidak menentu. Ombak besar masih seringkali datang tanpa diduga sebelumnya. “Saat ini (Jumat petang, red) saya ada di Posko SAR dan terus melakukan pantauan. Kondisinya masih belum bisa diprediksi, meski secara umum sudah surut, namun masih seringkali muncul ombak besar yang datang dengan tiba-tiba. Tapi yang perlu saya sampaikan adalah, bahwa kondisi ini adalah fenomena alam biasa yang sudah seringkali terjadi di Pantai Selatan Jawa,” imbuh Ngatno. (ufi)

OMBAK 7 METER RUSAKKAN RATUSAN PERAHU NELAYAN
KEBUMEN – Ketinggian ombak Pantai Selatan tepatnya di wilayah pantai selatan Kebumen, kemarin pagi cukup tinggi. Ketinggian gelombang ombak tersebt mencapai tujuh meteran. Karuan, gelombang tinggi itu membuat ratusan perahu nelayan di sejumlah pantai hancur berkeping-keping karena bertabrakan satu dengan lainnya.
Camat Ayah, Kebumen Tugiyono dilokasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir, saat dihubungi wartawan mengungkapkan gelombang ombak yang menghasilkan ketinggian ombak tujuh meter itu terjadi sekitar pukul 06.00 hingga 08.00.
Sejmlah TPI yang perahu nelayannya mengalami kerusakan yaitu TPI Pedalen Argopeni, Menganti, Srati dan TPI Logening. Untuk TPI Pedalen dari 276 buah perahu nelayan yang mengalami rusak total sejumlah empat buah dan rusak berat sejumlah 115 buah.
Di TPI Menganti, Karangduwur, perahu nelayan yang mengalami kerusakan ringan sejumlah lima buah. TPI Srati empat buah perahu rusak dan TPI Logending dari 39 buah perahu yang mengalami kerusakan ringan sejumlah lima buah.
Hingga sore kemarin, pihak kecamatan Ayah belum dapat memastikan adanya korban jiwa. Bahkan kerusakan terhadap fasilitas umum di area tempat-tempat pariwisata pantai dan TPI belum dapat didata secara pasti. “Kai belum mendata jumlah pasti kerugian per TPI. Namun kita bersyukur para nelayan selamat,” nkap Tugiyono kepada Radar Jogja, kemarin. (her)

Dua Hari Kedepan Masih Potensi Gelombang Tinggi
JOGJA-Para nelayan dan wisatawan dihimbau untuk tidak ke pantai dalam waktu dua hari kedepan, karena diperkirakan masih akan terjadi gelombang tinggi sekitar 2-4 meter bahkan lebih di sepanjang pantai itu. Peringatan ini disampaikan Badan Meterologi Geofisika (BMG) DIJ menyusul terjadi gelombang pasang Jumat (18/5) pagi kemarin.
KEpada Radar Jogja Kepala Seksi Data dan Informasi BMG DIJ Tiar Prasetyo mengatakan, gelombang tinggi yang terjadi Jumat pagi di sepanjang pantai Selatan Jawa adalah akibat perbedaan tekanan udara antara tekanan tinggi di bagian Barat Australia dan tekanan rendang dibagian Selatan Lampung.
Perbedaan tekanan udara tersebut menyebabkan tiupan angin kencang dari arah Tenggara Australia menuju ke Barat. Kecepatan tersebut cukup kencang mencapai 30 knot. Kencangan angin menyebabkan gelombang tinggi di sepanjang pantai Jawa itu.
"Terjadilah gelombang tinggi di pantai Selatan seperti pagi tadi, (kemarin-Red), dan sebagian pantai Barat Sumatra, di pantai Jember Jawa Timur, juga terjadi gelombang tinggi," jelas Tiar.
Gelombang tersebut lanjut Tiar, masih berpeluang terjadi hingga dua hari kedepan. Tingginya gelombang itu sangat beresiko untuk para nelayan. Maka diharapkan para nelayan menghentikan aktifitas nelayan karena dapat mengancam keselamatan. "Karena gelombangnya sangat tinggi, di beberapa pantai bahkan gelombangnya melebihi 4 meter, bisa membalikan kapal nelayan," ungkap Tiar lagi.
Kepada masyarakat yang ingin menghabiskan masa liburannya kata Tiar sementara waktu jangan memilih pantai. Masih cukup riskan karena tingginya gelombang air laut itu tidak bisa diprediksi dan datang dengan tiba-tiba. Meski biasanya terjadi pada pagi hari, tapi kemungkinan besar juga bisa terjadi pada malam hari. Gelombang tinggi itu biasa terjadi ketika pada masa musim transisi dari penghujan ke musim kemarau. (lin)

No comments: